Selasa, 08 Mei 2012


Kau tak kan bisa
Realita inilah yang haus kau tempuhmuid ku, terhimpit penguasa rakus.
Kau tak mampu bersuara muridku, kau tak kan mampu.
            Seragam yang kau pakai itu kutukan pemimpin mu hari ini.
            Kau tak  akan maju muridku, kau tak kan maju.
Kursi lapuk yang kau duduki tak mampu menanampung beratmu.
Dia tak peduli muridku, tak akan peduli.
            Bangunan yang seakan menguburmu lapuk dimakan janji.
            Dia buta muridku, dia tidak akan melihatmu.
Langit yang seakan terbuka karna atapmu. b
Dia lupa muridku, tidak tidak ingat dengan ku.
            Debu yang kotori catatan cita mu
            Dia gembira muridku, dia senang.
Muridku, jangan kau tuntut itu saat ini.
Ubah lah dunia ketika kau duduk kelak
Hapuslah kutukan sang pemimpin yang terkandung dunia.


 Ungkapan kata kuat untuk ayah tercinta

Sebanding kuat segunung emas dalam sinar sang pelitaku
Sebuah pelipur lara bandingan setiap  indah peristiwa...
Kaut mu ayah, lantunan ku sampai besar ini
Peluh mu ayah, daging yang melekat ditulang ku saat ini.
Ingin Ku basuh luka di atas kerasnya bahumu
Ingin Ku usap peluh ketika keningmu mengerut.
Namun ku hanya mampu memberatkan bawaanmu ayah...
Lantunan siul mu di pagi hari semangat hidup ku ayah,,,
Batuk mu yang slalu tegur aku ketika gerak ku menyimpang
Tidak sekali ku patahkan....
Namun tidak sekali kau bangkitkan kebaikan melawan naluri ku.
Tutunan mu tak kusamkan jalan ku ayah
Aku membayang di  setiap jala yang kau rentangkan
Aku  membayang di setiap lantauan laut yang kau jalani
Aku memberatkan mu yah...
Tidak sekali patah dayung yang kau pakai ayah..
Tidak sekali bocor sampan yang kau naiki
Aku hanya mampu bertekuk lutut
Memohon ampun
Seraya berdoa
Agar kau slalu dalam lindungan-NYA



Karya : Mariyadi

Ternyata dia
Ternyata dia Gerombolan penikmat miskin di kolong sang pejibun harta
Mengharap bias sisa muntahan sang  penguasa.
Ternyata dia Terbalut kardus penyimpan kemewahan
Mencoba nyenyak mebayangkan wangi selimut kehidupan.
Memang aku katanya, itu aku….
Yang  bergulat berkarat meraih emas di tumpukan batu reruntuhan.
Cukup dia katanya…. Cukup aku katanya
yang mencoba  medamba ikan di  sumur yang kering.
Ia hanya  dapat melihat teman
Tak jarang   Meludah darah dikeheningan senja.
Aku punya  secarik kain penyejuk  dalam panas terik matahari katanya,
Aku punya   setetes air penghilang dahaga dambaan kayu ketika di lahap api katanya.
            Cukup aku yang  lewati dunia tanpa ada yang ingat sesama ujarnya



Penikmat miskin
Gerombolan penikmat miskin di kolong sang pejibun harta
Mengharap bias sisa muntahan sang  penguasa.
Terbalut kardus penyimpan kemewahan
Mencoba nyenyak mebayangkan wangi selimut kehidupan.
Mencoba  Medamba ikan di  sumur yang kering, berkarat mata menanti.
Ia hanya  dapat meminta teman
Selain  Meludah darah dikeheningan senja.
Baginya sehelai kain, embun penyejuk  dalam panas terik matahari.
Baginya segumpal nasi Bagai air dambaan kayu ketika di lahap api.



           
           


Menangislah

Hai anak-anak kuMenangislah karnanya
Tangiskan penderitaan mu padanya
            Tanyakan untuk apa dia di sana!
            Tanyakan bujukan janji dulu padamu!
Anak ku, menangislahBangunkanlah ia dari mimpinya
Mimpi untuk dia sendiri
            Menangislah...
            Ku tak mampu lagi bicara
            Meraba janji yang telah di ucapanya
Anak ku, menangislah karna susu yang diberikannya padamu
Karna  Dia lupa kau muntah meminumnya.
            Anak ku, menagislah karna baju yang kau pakai
            Karna  Dia tidak tau kau gatal memakainya
Anak ku, peluh ku tlah habis hari ini
Aku tak tau bayaran apa yang kan dibrikannya padaku
            Anak ku, bila ku besar nanti
            Jadikan susu yang yang kau minum madu buatku
            Dan jadikan baju yang kau pakai dulu
Sulaman sutera pengantar peluh juang ku dihari ini
Karya : Mariyadi