Ternyata dia
Ternyata dia Gerombolan
penikmat miskin di kolong sang pejibun harta
Mengharap bias sisa muntahan sang penguasa.
Ternyata
dia Terbalut kardus penyimpan kemewahan
Mencoba nyenyak
mebayangkan wangi selimut kehidupan.
Memang aku katanya, itu aku….
Yang bergulat berkarat meraih emas di tumpukan
batu reruntuhan.
Cukup
dia katanya…. Cukup aku katanya
Ia hanya dapat melihat teman
Tak jarang Meludah darah dikeheningan senja.
Aku
punya secarik kain penyejuk dalam panas terik matahari katanya,
Aku
punya setetes air penghilang dahaga dambaan
kayu ketika di lahap api katanya.
Cukup aku yang
lewati dunia tanpa ada yang ingat sesama ujarnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar